Jumat, 20 Juni 2014

Aku dan Ilalang

Aku selalu takjub ketika melihat serumpunan ilalang yang tinggi menjulang, seperti mencoba menggapai langit dengan optimis. Aku iri dengan para ilalang, mereka bisa hidup dan beradapatasi dimana pun mereka tumbuh. Mereka bisa hidup di lembah pegunungan yang sejuk, di tanah lapang tempat anak-anak bermain bola dan layang-layang, atau di pinggiran kolam ikan di depan rumah, bahkan ilalang juga sering tumbuh disela-sela bebatuan yang keras.

"Aku ingin menjadi ilalang yang bisa tumbuh dan berkembang di lingkungan yang tak mendukung sekalipun."

Aku juga merasa kagum pada serumpunan ilalang. Tumbuhan liar ini selalu terlihat tegar, tak pernah takut menghadapi tiupan angin badai, gerombolan serangga pengganggu, ataupun takut pada sebatang puntung rokok yang kapan saja bisa melahap habis tubuh mereka. Saat angin bertiup kencang, ilalang tidak pernah rubuh. Mereka hanya mengayun-ayunkan tubuh saja bahkan terlihat seperti saling berpegangan tangan menguatkan satu sama lainnya, seakan mencoba menikmati semua cobaan dan rintangan yang mereka hadapi. Setelah terjangan angin menerpa, para ilalang terlihat sangat rapuh dan lemah, tapi dalam waktu yang tidak lama pula mereka bisa menegakkan tubuh mereka kembali.


"Inilah yang aku suka dari ilalang. Selalu kuat dalam menempuh segala rintangan, walaupun terkadang mereka sering dianggap lemah dan tak berguna."

Walaupun terkadang angin menjadi ancaman bagi ilalang, tetapi angin pula yang sering membantu menyebarkan benih-benih ilalang. Dengan bantuan angin, benih-benih ilalang ini bisa tumbuh dan berkembang dengan cepat. Ini juga yang membuat aku suka pada ilalang.

"Ilalang bisa menjadikan lawan menjadi teman yang bermanfaat bagi mereka."

Saat tangan-tangan jahil ingin memetik bunga-bunga mereka yanga putih seperti kapas, ilalang tidak perlu takut karena mereka bisa melindungi diri mereka sendiri dengan helaian daun yang panjang dan kokoh, dengan tepi yang sangat kasar dan bergerigi tajam, serta mempunyai akar yang panjang di ujungnya

Hal terakhir yang aku sangat iri-kan pada serumpun ilalang adalah mereka tidak egois dan tidak hidup masing-masing. Ilalang selalu hidup bersama-sama dengan keluarga mereka, kawan-kawan mereka, selalu hidup berkoloni dan saling menjaga, juga saling menguatkan satu sama lain. Ilalang umumnya tumbuh dalam waktu yang panjang. Andai saja aku bisa seperti ilalang. Aku tidak akan pernah merasakan bagaimana sedih dan sakitnya meninggalkan dan ditinggalkan orang-orang yang aku sayangi.

Dan saat aku melewati padang rumput ilalang, hati terdalamku berkata: "Aku sangat iri padamu, ilalang. Kau selalu tumbuh bersama dengan keluarga dan kawan ilalang mu dalam waktu yang cukup panjang." 

Pasti ilalang tidak pernah merasa kesepian dalam hidupnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar